Jakarta — Langkah strategis yang diambil PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. atau BNI dalam menjaga stabilitas likuiditas di tengah dinamika ekonomi global menuai apresiasi dari kalangan legislatif. Wakil Ketua Komisi VI DPR RI, Adisatrya Suryo Sulisto, menilai pendekatan yang diterapkan BNI terbukti mampu menciptakan keseimbangan antara pertumbuhan bisnis dan mitigasi risiko jangka panjang.
Dalam keterangan tertulis yang diterima pada Selasa (13/5/2025), Adisatrya menyebut strategi BNI sangat tepat dan adaptif, terutama karena mengandalkan penyaluran kredit pada segmen korporasi berkualitas tinggi, disertai penguatan dana murah (CASA) melalui percepatan transformasi digital perbankan.
“Langkah BNI dalam menjaga likuiditas melalui seleksi kredit yang ketat dan peningkatan proporsi dana murah adalah bentuk pengelolaan keuangan yang sehat, terlebih di tengah ketidakpastian ekonomi global dan fluktuasi pasar modal,” ujar Adisatrya.
Rasio LDR dan Credit Cost Menurun, Stabilitas Meningkat
Adisatrya menggarisbawahi bahwa penurunan rasio Loan to Deposit Ratio (LDR) dan credit cost menjadi indikator kuat atas kemampuan BNI dalam mempertahankan ketahanan likuiditas. Hal ini menunjukkan bahwa bank pelat merah tersebut berhasil menyeimbangkan antara ekspansi kredit dan manajemen risiko, termasuk risiko pembiayaan.
“Rasio-ratio ini sangat penting bagi lembaga perbankan di tengah tekanan likuiditas global. Artinya, BNI tetap tumbuh, tapi tidak mengorbankan prinsip kehati-hatian,” tambahnya.
NPL Stabil dan LAR Menurun: Aset Semakin Berkualitas
Selain aspek likuiditas, rasio kredit bermasalah atau Non-Performing Loan (NPL) BNI yang tetap stabil di angka 2%, serta penurunan Loan at Risk (LAR), turut mencerminkan ketangguhan BNI dalam menjaga kualitas asetnya.
“Dengan NPL yang tetap terjaga dan penurunan LAR, BNI menunjukkan bahwa mereka tidak hanya fokus pada ekspansi, tetapi juga pada kualitas portofolio kredit mereka. Ini sangat penting untuk menjaga kesinambungan bisnis jangka panjang,” jelas Adisatrya.
Dukungan pada UMKM dan Sektor Strategis Nasional
Komisi VI DPR RI juga mendorong agar BNI terus memperluas perannya dalam mendukung sektor-sektor prioritas nasional, khususnya Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) yang menjadi tulang punggung perekonomian nasional.
“Kami berharap BNI tidak hanya menjaga performa keuangan, tetapi juga tetap memberi ruang besar pada sektor UMKM, pertanian, dan sektor-sektor strategis lainnya, sesuai arah kebijakan Presiden Prabowo-Gibran,” tegas Adisatrya.
Menurutnya, sektor UMKM perlu semakin didukung dengan akses permodalan digital, sistem pembayaran modern, dan pendampingan usaha berbasis teknologi yang lebih terintegrasi.
Digitalisasi dan Green Banking Jadi Arah Masa Depan
BNI juga terus memperkuat posisi sebagai bank digital nasional dengan berinvestasi besar pada teknologi informasi, keamanan siber, dan layanan keuangan digital berbasis ekosistem. Selain itu, dalam konteks pembangunan berkelanjutan, BNI juga menjadi pionir dalam mendukung agenda green banking dan pembiayaan hijau.
“Transformasi digital dan komitmen terhadap ekonomi hijau sangat relevan dengan tren global saat ini. BNI berada di jalur yang tepat untuk menjadi salah satu bank terdepan di Asia Tenggara,” ungkap Adisatrya.
BNI Jadi Pilar Stabilitas Keuangan Nasional
Dengan strategi yang terukur dan responsif, BNI berhasil menavigasi tantangan global tanpa kehilangan fokus pada keberlanjutan dan pemberdayaan sektor riil. Kinerja ini diharapkan terus berlanjut, seiring upaya pemerintah dalam menjaga stabilitas makroekonomi nasional dan memperluas inklusi keuangan di seluruh lapisan masyarakat.
Komentar