Menu Close Menu

Pesawat Pembawa Jenazah Ibu Ani Yudhoyono Punya Sejarah Penting

Minggu, 02 Juni 2019 | 21.50 WIB
DHEAN.NEWS JAKARTA - Pesawat angkut Lockheed L100-30 Hercules A-1314 milik TNI AU yang disiapkan untuk membawa jenazah Ibu Ani Yudhoyono dari Singapura untuk dimakamkan di Indonesia, ternyata memiliki sejarah penciptaan yang cukup unik.

Indonesia pada dekade 1970-an itu juga tengah menggalakkan program transmigrasi, untuk mengurangi kepadatan penduduk dan sekaligus memeratakan pembangunan. Program ini merupakan kebijakan dari Presiden Soeharto.

Pada dekade 1970-an tersebut, jangan bayangkan sudah ada jalan raya mulus. Untuk memobilisasi rakyat yang akan ditransmigrasikan, diperlukan jembatan udara menggunakan pesawat terbang.

Pemerintah Indonesia pun bermaksud membeli pesawat udara angkut dalam jumlah banyak. Perancis menjadi negara pertama yang menyatakan keseriusan dengan membawa pesawat angkut mesin ganda C-160 Transall yang saat itu baru saja keluar dari jalur produksi. Pinjaman lunak pun disiapkan untuk RI.

Amerika Serikat selaku patron tentu tak membiarkan pasarnya direbut Perancis begitu saja.

Lockheed Corporation sudah punya C-130 spek sipil saja, dianggap cocok untuk kebutuhan Indonesia tersebut. L-100 sendiri sudah diproduksi satu dekade ketika ditawarkan ke Indonesia, dan penjualannya terhitung lesu.

Lockheed pun menerbangkan L-100-30, varian stretch dari L-100 ke Indonesia untuk melakukan demo penerbangan. Berdasarkan kawat dari Kedutaan Besar AS di Indonesia tertanggal 31 Agustus 1978, perwakilan perusahaan Lockheed yaitu R.E. Harrison dan Glenn Simmons menghubungi Eximbank AS untuk menyiapkan kredit lunak pembelian 20-28 unit Lockheed L100.

Eximbank AS menyetujui kredit senilai 250 juta dolar AS untuk pembelian 20 unit L-100-30 atas nama Pemerintah Indonesia. Uniknya, proses penawaran ini berlangsung kilat.

Karena sebenarnya proyek pembelian L-100-30 tidak pernah masuk dalam rencana Bappenas. ABRI sendiri pada waktu itu sudah menyatakan siap untuk mendukung transmigrasi, walau tanpa pembelian pesawat L-100-30.

Setelah satu tahun, Pemerintah Indonesia pada 1979 akhirnya hanya membeli tiga unit L-100-30 dengan pembiayaan senilai 40 juta dolar AS dari Eximbank AS, setelah upaya meminta kredit lunak ke Jepang tidak berhasil.

Pesawat-pesawat L-100 pertama itu kemudian ditempatkan di bawah Maskapai Merpati Nusantara Airlines untuk melayani para transmigran menuju tanah harapan.

Komentar