Menu Close Menu

Lewat Safari Jumat, Personil Polres Gowa Bacakan Siaran Pers Kapolres Gowa

Jumat, 22 Februari 2019 | 19.54 WIB
DHEAN.NEWS GOWA - Jajaran Personil Polres Gowa, mulai dari pejabat utama hingga brigadir, baik yang ada di Polres maupun Polsek, pada Jumat (22/02) kembali serentak melaksanakan Safari Jumat di sejumlah mesjid yang ada di wilayah Kabupaten Gowa.

Selain untuk memakmurkan mesjid, Safari Jumat ini pun dijadikan sebagai sarana untuk menyampaikan pesan-pesan kamtibmas kepada masyarakat, yang dikemas dalam bentuk siaran pers dari Kapolres Gowa Akbp Shinto Silitonga, SIK., MSi yang dibacakan serentak oleh personil pasca shalat Jumat.

Siaran Pers yang dirilis langsung oleh Kapolres Gowa kali ini mengusung tema seputar Bahaya Propaganda Firehouse Of False Hood Bagi Persatuan Bangsa Indonesia Menjelang Pemilu 2019.

Kapolres melalui siaran pers nya mengatakan, istilah Firehouse Of False Hood kini menjadi trend yg dibicarakan banyak orang menjelang Pemilu 2019. “Terjemahan bebasnya dapat diartikan sebagai selang pemadam untuk kekeliruan, namun makna sesungguhnya lebih dalam dari itu, yang dari beberapa sumber di media dapat diketahui bahwa Firehouse Of False Hood ini ternyata adalah propaganda yang sengaja menyemburkan ribuan bahkan jutaan kebohongan yang direncanakan, disebarkan secara terus menerus, berulang dan massif, tidak berbasis pada kebenaran, fakta apalagi data,” tambahnya.

Lebih lanjut, jika kebohongan produksi Firehouse Of False Hood tersebut terbongkar, maka gerombolan pelakunya dengan segera meminta maaf dan memberikan klarifikasi. “Yang penting bagi kelompok ini adalah bagaimana cara untuk mendapatkan kekuasaan, tanpa menghiraukan dampak semburan kebohongan dan kekeliruan yang mereka ciptakan bagi masyarakat. Tidak dapat dibayangkan, bagaimana nasib bangsa Indonesia ke depan bila para penjahat yang mempropagandakan firehouse of falsehood ini ketika berkuasa?,” tegasnya.

Diketahui, kekeliruan tersebut sengaja diciptakan untuk merusak persatuan bangsa. “Masih tajam ingatan kita tentang berita Hoax terbesar sepanjang sejarah Indonesia, yaitu ketika Ratna Sarumpaet pada akhir 2018 menyebarkan kebohongan terencana seolah-olah dipukuli hingga babak belur di Bandung. Beruntung polisi bergerak cepat untuk mengumpulkan fakta, dan ternyata Ratna Sarumpaet baru saja melakukan operasi plastik,” jelas Kapolres dalam siaran pers.

“Bayangkan bila kebohongan tersebut tidak dengan segera diungkap polisi, bisa saja terjadi konflik di tengah masyarakat dan bahkan pertumpahan darah dari masyarakat kita sendiri,” ucap Shinto Silitonga.

Sementara itu, pada awal tahun 2019, warga juga dikejutkan lagi dengan kebohongan terencana tentang masuknya 7 kontainer surat suara yang sudah tercoblos ke salah satu Capres. “Kekeliruan ini tentu saja bertujuan tidak hanya untuk menghancurkan kepercayaan publik kepada KPU sebagai penyelenggara Pemilu, namun juga untuk menciptakan konflik di tengah masyarakat. Beruntung polisi kembali menunjukkan integritasnya, menangkap Bagus dan 4 temannya, memasukkan mereka ke penjara, yang dari berbagai media diketahui fakta bahwa tersangka Bagus dengan sengaja merekam suaranya seolah-olah sedang telepon, mengunggah rekaman suara tersebut ke media sosial, segera menghapus akun miliknya, membuang handphone bahkan melarikan diri dari rumahnya di Bekasi. Sungguh pengecut dan jahat isi kepala para pelaku propaganda Firehouse Of False Hood ini. Selain kebohongan mereka juga memproduksi kebencian-kebencian yang sesungguhnya bukanlah adat Indonesia yang terkenal ramah, saling toleransi dan saling menyayangi antara satu dengan yang lain,” kata Kapolres Gowa.

Diakhir siaran persnya, Kapolres pun mengajak seluruh masyarakat untuk wajib memberitakan kebenaran.

“Salah satu upaya efektif yang dapat kita lakukan adalah senantiasa berani untuk memberitakan kebenaran. Kekeliruan dan kebohongan yang sudah beredar di tengah masyarakat harus berani kita luruskan dengan menyajikan fakta dan data, sehingga dengan demikian kita sudah menyelamatkan bagian dari masyarakat kita dari perpecahan. Berani untuk memberitakan kebenaran bahkan menjadi kewajiban dalam ibadah kita. Jika kita temukan ada warga yang masih senang memberitakan kebohongan dan kekeliruan, mari rangkul dia dan sadarkan dia dengan kasih sayang, memberikan pemahaman baik untuk meluruskan kekeliruan dan kebohongan yang telah dikonsumsinya dari lintasan media atau dari komunikasi lainnya. Kita tidak ingin terjadi perpecahan dan disintegrasi bangsa hanya karena kepentingan orang untuk meraih kekuasaan namun memanfaatkan cara-cara yang tidak beradab. Indonesia ini harus kita jaga dan kita lestarikan untuk anak cucu kita nanti,” tutup Kapolres Gowa, Akbp Shinto Silitonga.

Komentar