BENGKAYANG, KALIMANTAN BARAT – Presiden RI Prabowo Subianto memimpin langsung Panen Raya Jagung Serentak Kuartal II di atas lahan seluas 344.524 hektare yang tersebar di 36 wilayah Polda se-Indonesia. Kegiatan simbolis dipusatkan di Desa Bange, Kecamatan Sanggau Ledo, Kabupaten Bengkayang, Kalimantan Barat, Kamis (5/6/2025).
Panen raya jagung ini menjadi bagian dari strategi nasional mewujudkan ketahanan dan kedaulatan pangan berbasis teknologi modern, di mana alat mesin pertanian (alsintan) seperti corn harvester digunakan untuk mempercepat produktivitas.
Dalam laporan resmi kepada Presiden, Kapolri Jenderal Pol. Listyo Sigit Prabowo menyampaikan bahwa total hasil panen dari program ini diproyeksikan mencapai antara 1,78 hingga 2,54 juta ton jagung. “Kegiatan panen ini berlangsung serentak di seluruh wilayah Polda, dengan total luasan 344.524,37 hektare,” ujar Kapolri.
Komitmen Pangan Jadi Prioritas Utama
Presiden Prabowo dalam sambutannya menyampaikan penghargaan tinggi kepada seluruh pihak yang terlibat, terutama jajaran Polri yang menurutnya telah menjadi penggerak aktif dalam mendukung program ketahanan pangan.
Ia menegaskan bahwa swasembada pangan adalah syarat utama dari kemerdekaan sejati sebuah bangsa. “Tidak ada bangsa yang merdeka sepenuhnya jika tidak mampu memproduksi makanannya sendiri,” tegas Presiden.
Lebih lanjut, Prabowo menuturkan bahwa perjuangannya selama ini di dunia politik selalu terfokus pada upaya mengantar Indonesia menuju kemandirian pangan. “Saya tidak akan pernah tenang sebelum bangsa ini bisa berdiri di atas kaki sendiri dalam hal pangan,” katanya penuh semangat.
Indonesia Menuju Lumbung Pangan Dunia
Presiden Prabowo juga menyampaikan optimisme bahwa Indonesia tidak hanya mampu mencukupi kebutuhan dalam negeri, tetapi juga menjadi penyedia pangan global.
“Saya yakin, Indonesia ke depan akan menjadi lumbung pangan dunia. Kita tidak hanya cukup, tapi akan menjadi negara yang memberi solusi bagi bangsa-bangsa lain,” ujarnya. Menurutnya, hal itu hanya bisa tercapai melalui sinergi antara pemerintah pusat dan daerah, TNI-Polri, akademisi, hingga pelaku usaha.
Presiden juga mengajak seluruh elemen bangsa untuk berani memanfaatkan teknologi, menyusun kebijakan berbasis data dan produktivitas, serta fokus pada kesejahteraan petani. Ia menyebut pertanian sebagai sektor strategis yang harus mendapat perlindungan dan insentif optimal.
“Petani kita harus hidup layak. Maka input harus diringankan, efisiensi diperbaiki, dan teknologi disiapkan,” tegasnya.
Dengan semangat kebersamaan dan kerja keras, Presiden menutup sambutannya dengan harapan besar: “Kita ingin Indonesia dipandang terhormat oleh dunia. Bangsa yang kuat, baik hati, dan mampu membantu bangsa lain tanpa menyombongkan diri.”
Komentar