Menu Close Menu

Kementerian ESDM Genjot Produksi Minyak dengan Teknologi EOR dan Pengeboran Horisontal

Sabtu, 24 Mei 2025 | 12.00 WIB

 

Jakarta – Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia menegaskan bahwa pencapaian target produksi minyak nasional sebesar satu juta barel per hari pada 2030 memerlukan langkah-langkah inovatif di luar kebiasaan.


Dalam keterangan resminya, Kamis (22/5/2025), Bahlil menyatakan bahwa Kementerian ESDM kini fokus pada penerapan teknologi mutakhir, termasuk metode Enhanced Oil Recovery (EOR) dan peralihan teknik pengeboran dari vertikal ke horisontal, guna meningkatkan efisiensi dan hasil produksi dari cadangan yang ada.


"Kami terpaksa melakukan hal-hal di luar kelaziman karena jika hanya mengandalkan cara biasa, produksi minyak kita akan stagnan," ujar Bahlil saat menghadiri peresmian Konvensi dan Pameran Indonesian Petroleum Association (IPA) ke-49 di Tangerang, Banten. 


Teknologi EOR, yang telah terbukti efektif dalam meningkatkan perolehan minyak dari sumur yang sudah tua, menjadi salah satu solusi utama. Sementara itu, pengeboran horisontal memungkinkan akses lebih luas ke cadangan minyak yang sebelumnya sulit terjangkau dengan metode konvensional.


Reaktivasi Sumur Idle dan Eksplorasi Cekungan Baru


Selain mengoptimalkan teknologi, Kementerian ESDM juga berupaya mereaktivasi sumur-sumur migas yang tidak aktif (idle) untuk memaksimalkan produksi dari lapangan yang selama ini kurang termanfaatkan. Langkah ini dinilai lebih efisien dibanding membuka lapangan baru, karena infrastruktur dasar sudah tersedia.


Di sisi lain, pemerintah juga mempercepat eksplorasi cekungan migas baru. Dari total 128 cekungan di Indonesia, 68 di antaranya masih menyimpan potensi besar yang belum tergarap.


Untuk mendorong hal itu, Bahlil mengumumkan rencana pelelangan 60 Wilayah Kerja (WK) Migas baru hingga 2028, yang diharapkan dapat menarik investasi segar dan memperkuat cadangan energi nasional.


Agar minat investor meningkat, pemerintah menyiapkan berbagai insentif menarik, termasuk peningkatan bagi hasil migas hingga 50 persen untuk kontraktor serta peningkatan Internal Rate of Return (IRR) proyek hulu migas menjadi 15-17 persen.


"Kami menawarkan formula yang saling menguntungkan. Negara dapat meningkatkan produksi, kontraktor tetap untung, dan keuntungan nasional terjaga," tegas Bahlil.


Sebagai bukti komitmen, tiga Wilayah Kerja (WK) Migas hasil lelang tahap II 2024—Kojo, Binaiya, dan Serpang—telah resmi dikontrak dengan total investasi USD13,3 juta dan bonus tanda tangan USD700 ribu. Langkah ini diharapkan menjadi awal dari percepatan eksplorasi migas di Indonesia.


Dengan kombinasi teknologi EOR, pengeboran horisontal, reaktivasi sumur idle, dan eksplorasi cekungan baru, Kementerian ESDM yakin target satu juta barel per hari dapat tercapai. Inovasi ini tidak hanya meningkatkan produksi tetapi juga memastikan pemanfaatan cadangan migas secara optimal tanpa mengorbankan keberlanjutan lingkungan.


"Kami tidak hanya mengejar angka, tetapi juga memastikan bahwa setiap tetes minyak yang dihasilkan memberi nilai tambah bagi perekonomian bangsa," pungkas Bahlil.

Komentar