Menu Close Menu

Sisihkan Be-200 Rusia dan US-2 Jepang, Indonesia Pilih Pesawat Amfibi CL-415/CL-515 dari Kanada

Senin, 24 Juni 2019 | 02.02 WIB

DHEAN.NEWS JAKARTA - Kementerian Pertahanan Indonesia telah menjatuhkan pilihan kepada pesawat amfibi CL-415 EAF dan CL-515 buatan Viking Air dari Kanada. Pesawat akan dioperasikan oleh TNI Angkatan Udara.

Sejak diperkenalkan pada awal 1990-an pesawat amfibi CL-415 Superscooper resmi ditunjuk sebagai penerus pendahulunya CL-215. Sebanyak 95 unit CL-415 diserahkan kepada para pengguna sebelum produksinya dihentikan tahun 2015.

Sebagai operator utama CL-415 tercatat adalah Vigili del Fuoco dari Italia, Sécurité Civile dari Perancis, serta Ministry of Natural Resources & Forestry dari Kanada dan Angkatan Udara Yunani. Semuanya digunakan sebagai pesawat water bomber dan misi SAR.

Berdasar kepemilikan pabrikan, produsen pesawat amfibi CL-215/CL-415 telah beberapa kali berpindah tangan. Pertama kali dibuat oleh pabrik Canadair dengan nama CL-215 Scooper yang diproduksi dari tahun 1969-1990.

Selanjutnya di awal 1980-an Canadair dimiliki oleh Bombardier Aerospace. Kode pesawat pun bersalin nama menjadi Bombardier CL-415.

Kemudian tahun 2016, perusahaan Viking Air juga dari Kanada membeli type certificate seri CL-215T dan CL-415 dari Bombardier Aerospace untuk melanjutkan produksinya.

Pada 2018, Viking Air mulai mendapatkan pelanggan pertama dari Pemerintah Chili. Sebanyak 11 unit versi CL-415 EAF (Enhanced Aerial Firefighter) dipesan dan akan digunakan sebagai pesawat pemadam kebakaran.

Indonesia juga memesan satu unit versi CL-415 EAF ini.

Pesawat CL-415 EAF sendiri adalah pesawat produksi lawas dari seri CL-215T yang ada di pasaran yang kemudian di-upgrade kemampuannya. Mesin piston bawaan digantingkan mesin turboprop PW100.

Pergantian lainnya juga termasuk perangkat avionik dengan yang lebih modern serta penambahan winglet di ujung sayap.

Selain meng-upgrade versi lawas seri CL-215T menjadi CL-415 EAF, Viking Air akan membangun serial produksi baru berdasar versi CL-415 yang sebut sebagai CL-515. Ditargetkan seri CL-515 ini akan masuk jalur produksi pada 2023.

Indonesia adalah pemesan pertama dari keluarga CL-515 ini dengan memesan sebanyak enam unit.

Disebutkan, seluruh pesawat akan mulai dikirimkan ke Tanah Air pada tahun 2024 mendatang.

Pameran kedirgantaraan bergengsi Paris Air Show (PAS) selalu memunculkan kejutan-kejutan. Baik berupa kemunculan pesawat terbang baru maupun transaksi penjualan pesawat terbang militer atau sipil.

Salah satu berita menarik terkait dengan isu kedirgantaran di Indonesia, adalah siaran pers yang dilakukan Viking Air Limited di PAS 2019 terkait pembelian pesawat amfibi CL-415/CL-515.

Dikutip dari laman FlightGlobal (18/6), Indonesia memesan satu unit tipe CL-415 EAF dan enam model baru CL-515.

Pengadaan CL-415/CL-515 menjawab spekulasi akkir mengenai pesawat amfibi yang akan digunakan TNI AU. Sebelumnya, beberapa kandidat disebut-sebut memiliki peluang kuat untuk diakuisi. Yakni Beriev Be-200 dari Rusia dan ShinMaywa US-2 dari Jepang.

Isu pengadaan pesawat amfibi buatan Kanada ini sebenarnya telah dihembuskan sejak November 2018 silam. Bahkan beberapa media online Tanah Air kala itu menyebutkan sebuah CL-415 telah dititipkan di Skadron Udara 4 di Lanud Abdulrachman Saleh, Malang, Jawa Timur.

Sementara keberadaan pesawat CL-415 di Tanah Air sendiri memang sudah beberapa kali terlihat. Pesawat berjuluk Superscooper ini terlibat dalam pemadaman kebakaran hutan di wilayah Pulau Sumatera. Salah satunya adalah CL-415 milik Malaysia serta CL-415 sewaan dari Australia.

Selanjutnya, menjadi pertanyaan adalah apa yang menjadi kelebihan pesawat keluarga CL-415/CL-515 dibanding Be-200 dan US-2 hingga menjadi pinangan TNI AU?

Secara fisik CL-415/CL-515 jauh lebih kecil dan memiliki daya tampung air yang juga tak sebanyak Be-200 dan US-2. Namun fisik kecil inilah yang justru menjadi kelebihannya, karena bisa menyiduk air dari badan sungai yang tak terlalu lebar yang sulit dilakukan para pesaingnya.

Kelebihan lain CL-415/CL-515 adalah berbiaya operasional jauh lebih murah dengan penggunaan bahan bakar lebih irit. \

CL-415/CL-515 disokong dua mesin turboprop, sedangkan US-2 menggunakan empat mesin turboprop. Sementara Be-200, meskipun hanya ditenagai dua mesin, mesin turbofannya juga haus akan BBM.

Mengenai spesifikasi, CL-415 diawaki dua orang pilot. Tersedia di kabinnya bangku tambahan untuk sembilan awak dan muatan hingga 2,9 ton. Pesawat memiliki dimensi panjang 19,8 m, tinggi 8,9 m dan rentang sayap 28,6 m.

CL-415 memiliki bobot terbang maksimal (MTOW) 19.8 ton dari landas pacu darat (berisi muatan sekali pakai). Sedangkan MTOW terbang dari permukaan air adalah 17,1 ton.

Maksimum berat setelah menyiduk air adalah 23,3 ton dan maksimum berat mendaratnya 16,7 ton.

Landas pacu yang dibutuhkan di darat sepanjang 840 meter untuk terbang dan 675 m untuk mendarat. Sedangkan tinggal landas dari air membutuhkan rentang sejauh 815 m dan mendarat sejauh 665 m dengan kedalaman air minimal 1,8 m.

Selain bisa diisi air atau cairan (busa kimia) di darat, CL-415/CL-515 mampu menyiduk air sembari terbang secara berulang. Diperlukan waktu 12 detik untuk dapat menyiduk air permukaan air sungai atau danau sebanyak 6.137 liter.

Sebagai tenaga penggerak, CL-415/CL-515 menggunakan mesin turbobrop PW123AF buatan Pratt and Whitney Canada yang masing-masing berdaya 2.380 shp. Kecepatan terbang maksimumnya 359  km/jam, ketinggian terbang hingga 4.500, m dan jangkauan operasi sejauh 2.443 km.

Perangkat avionik modern yang dibenamkan pada CL-415/CL-515 adalah Honeywell Primus 2 Radio Navigation, RNZ-850 with ADF, VOR/ILS/Marker Beacon and DME, Litef/Honeywell LCR93, Attitude & Heading Reference System, Honeywell EDZ-605 EFIS, dan Honeywell AA-300 Radio Altimeter.

Keandalan CL-415 dalam memadamkan kebakaran hutan di Indonesia telah dibuktikan oleh Superscooper milik Malaysian Maritime Enforcement Agency. Pesawat ini turut memadamkan kebakaran hutan di Palembang dan Riau tahun 2015 silam.

Dengan kehadiran CL-415/CL-515 di jajaran TNI AU nantinya, Indonesia tak perlu meminta bantuan negara asing lagi saat terjadi musibah kebakaran hutan. Pesawat ini juga dapat dapat digunakan juga sebagai wahana patroli maritim dan SAR.

Bagi TNI AU, pengoperasian pesawat amfibi juga tak asing. Setelah kemerdekaan Skadron Udara 5 telah diperkuat pesawat amfibi PBY-5A  Catalina. Selanjutnya perannya digantikan oleh UF-2 Albatros mulai pertengahan tahun 1970-an hingga purnabakti di tahun 1982. 

Komentar