Menu Close Menu

Kemenko Maritim dan Unesco gelar Lokakarya Regional Asia Pasific untuk mendukung Pencapaian SDGs

Selasa, 18 Juni 2019 | 17.11 WIB

DHEAN.NEWS JAKARTA - Dalam upaya ­mendorong pencapaian target – target SDGs, peningkatan kapasitas nasional dan lokal bagi negara-negara Asia Pacific, khususnya negera anggota CTI (Coral Triangle Initiative). Untuk itu, Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman, UNESCO jakarta, dan Jejaring Pemerintah Daerah Maritim mengadakan LokaKarya Regional tentang Pembangunan Kapasitas Nasional dan Lokal untuk Mengukur Sains, Teknik, Teknologi dan Inovasi untuk Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs).

“Tujuannya kita sharing pengetahuan dan metodelogi bagaimana mengukur tingkat progress mulai dari implementasi SDG dengan SETI (Science, Engineering, Technology and Inovation) salah satunya. Yang kedua, bagaimana kita mengevaluasi mengenai progress dari penerapan implementasi dari kegiatan/policy rencana aksi dari CTI-CFF Regional yang mana member Countriesnya adalah Indonesia, Malaysia, Filipina, Solomon, Timor Leste dan Papua Nugini” Jelas Asisten Deputi Sumber Daya Hayati Andri Wahyuno di Jakarta, Senin (17/06).

SDGs diberlakukan dengan prinsip-prinsip universal, integrasi dan inklusif untuk meyakinkan bahwa tidak akan ada seorang pun yang terlewatkan (No-one Left Behind) yang terdiri dari 17 tujuan dan 169 target dalam rangka melanjutkan upaya dan pencapaian. Sebelas  tahun waktu yang tersisa  untuk memenuhi target capaian tahun SDGs tahun 2030 bukanlah waktu yang lama. Oleh karena itu, diperlukan dukungan kapasitas dan kerjasama natar berbagai pihak untuk mendorong percepatan pencapain target tersebut. Andri mengatakan bahwa penerapan impelementasi CTI-CFF dilevel pemerintah, kabupaten, dan walikota oleh provinsi harus melibatkan koordinasi dengan level kabupaten dan walikota.

Asdep Andri menjelaskan bahwa sumber pendanaan implementasi tersebut akan berasal dari APBN dan Blended Finance. Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut B. Pandjaitan dengan World Bank sudah sepakat akan mengusahakan blended finance ini mendapatkan sumber penganggaran dari pihak lokal maupun lintas negara. Beberapa kegiatan sudah dilakukan tetapi belum menyentuh kedalam coral reef.

“Kita mengundang Bapennas, kita sangat harapkan perannya untuk mendukung kegiatan ini dan kalau memang dari APBN tidak tercover anggarannya, kita promosikan agar layak untuk didanai oleh blended finance, Source of finance budget yang bentuknya grant apakah filantrophy, private sector, kemudian dari donor-donor dari BUMN maupun dari lintas Negara, jadi bank dunia juga akan ikut mempromosikan blended finance untuk kepentingan lingkungan topiknya SDGs ini kan bagaimana suistainable pembangunan di daerah itu diseluruh Negara. Dan kita pada pertemuan ini untuk regional CTI-CFF untuk country members dari 6 tadi” Tambah Asdep Andri.

Malaysia merupakan salah satu Negara yang telah menerapkan Practical Guidelines dan akan coba diterapkan di Negara CTI lainnya. Program Kerjasama Malaysia – UNESCO (MUCP) melalui proyek _Facilitate in Accelerating Science and Technology_ (AP-FAST) bertujuan untuk membantu memungkinkan pencapaian agenda global dan target terkait di tingkat regional dan nasional dan meningkatkan koherensi antara rencana pembangunan nasional dan global. Salah satu ouput dari Proyek APFAST adalah dikembangkannya Kartu Skor untuk Sains, Teknik, Teknologi, dan Inovasi (SETI) untuk Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SETI for SDG) yang merupakan hasil kerjasama dengan Departemen Sains dan Teknologi XI Filipina dan HELP Davao Network. Panduan SETI untuk SDGs Scorecard ini bertujuan untuk memfasilitasi pemerintah, lembaga, organisasi guna menilai dan mengevaluasi kontribusi pada sasaran, target, dan indikator pembangunan berkelanjutan. Penerapan Kartu Skor SETI ini dapat digunakan untuk semua jenis Proyek SETI (yang baru diusulkan, sedang berlangsung, dan telah selesai) dan bagaimana kontribusi penting SETI dalam pencapaian setiap SDG. Kartu Skor SETI adalah alat yang memungkinkan yang menyediakan instrumen bagi pengguna di mana mereka dapat secara eksplisit mengungkapkan kontribusi terperinci dari masing-masing hasil proyek masing-masing ke arah pencapaian SDGs.

Asdep Andri berharap peserta lokakarya regional ini dapat menggunakan SETI untuk mengukur kinerja capaian target dan indicator SDGs di masing-masing wilayah maupun unit kerjanya. Acara ini dihadiri oleh sekitar 60 peserta yang terdiri dari 6 negara anggota yang berada di wilayah segitiga karang dunia yang dikenal sebagai Coral Triangle Initiative (CTI) yaitu Indonesia, Malaysia, Papua Nugini, Timor-Leste, Kepulauan Solomon, dan Filipina. Perwakilan yang menghadiri lokakarya adalah pejabat pemerintah di tingkat nasional dan lokal, masyarakat sipil, dan para ahli. Beberapa bipati dan walikota dari Indonesia serta dua Walikota dari negara CTI yaitu Mr. Gita Elliot, (Walikota Pemerintah Daerah Kota Alotau, Papua Nugini) dan Mrs. Rachel Bañares (Walikota Kotamadya Corcuera, Romblon, Filipina) juga menghadiri acara ini.

Komentar