Menu Close Menu

Blok Masela di Maluku Jadi Investasi Terbesar Setelah Freeport

Rabu, 17 Juli 2019 | 14.51 WIB

DHEAN.NEWS JAKARTA - Setelah menyetujui Rencana Pengembangan (Plan of Development/PoD) Proyek LNG Lapangan Abadi di Blok Masela, Menteri ESDM Ignasius Jonan melaporkan secara langsung persetujuan pengelolaan Blok Masela tersebut kepada Presiden Joko Widodo di Istana Negara Jakarta.

"Persetujuan pemerintah terhadap pembangunan blok Masela sudah diberikan. Jadi kami lapor, kami serahkan persetujuannya di hadapan Bapak Presiden," kata Menteri Jonan pada kesempatan tersebut, Selasa (16/7/2019).

Persetujuan revisi PoD ini diserahkan langsung oleh Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Dwi Sucipto kepada Presiden, juga kepada CEO Inpex Incorporation Takayuki Ueda. Dokumen PoD Blok Masela sendiri sudah ditandatangani oleh Menteri Jonan pada pekan lalu.

Total Biaya Pengembangan lapangan Blok Masela ini mencapai USD 18,5 miliar-USS 19,8 miliar. 

"Pada saat pembangunan dapat menyerap 30 ribu tenaga kerja langsung maupun pendukung dan saat beroperasi akan menyerap tenaga kerja antara 4.000-7.000 orang termasuk pembangunan industri petrokimia," jelas Jonan.

Presiden Jokowi, lanjut Jonan, menyambut gembira kerja keras kedua belah pihak sehingga proses negosiasi yang alot bisa diselesaikan. “Investasi yang bernilai besar ini dinilai Presiden akan sangat berarti untuk Indonesia,” kata Menteri ESDM.

Secara rinci, Presiden menekankan 3 pesan penting untuk proyek ini. Pertama, komitmen Inpex sesuai dengan apa yang tertuang di PoD dan arahan pemerintah lewat Kementerian ESDM. Kedua, memaksimalkan lokal konten dan ketiga adalah pengembangan sumber daya manusia lokal.

Persetujuan atas revisi PoD oleh pemerintah ini merupakan tonggak sejarah yang sangat penting bagi Proyek LNG Abadi. "Ini adalah investasi asing terbesar sejak 1968 dan simbol pembangunan di Indonesia Timur yang berskala global, setelah Freeport Indonesia," tegas Jonan.

President & CEO Inpex Takayuki Ueda mengatakan, konsep pengembangan proyek telah mengalami perubahan dari skema kilang terapung menjadi skema LNG darat. 

"Lapangan Gas Abadi yang mempunyai produktivitas reservoir sangat bagus, menumbuhkan harapan untuk mengembangkannya secara efisien, dan menjadikan lapangan ini beroperasi secara stabil dalam memproduksi gas alam cair (LNG) untuk jangka waktu yang panjang," kata Takayuki.

Sebagai tambahan atas persetujuan revisi PoD, Pemerintah juga menyetujui permohonan untuk alokasi tambahan waktu selama 7 tahun dan perpanjangan Production Sharing Contract (PSC) Wilayah Kerja atau Blok Masela selama 20 tahun hingga 2055.

Selanjutnya, Inpex akan terus bekerja bersama Shell sebagai mitra kerja untuk memulai aktivitas persiapan yang diperlukan dalam rangka melaksanakan kegiatan Front End Engineering Design (FEED).

Dengan mulainya proyek ini, Pemerintah Indonesia akan menerima investasi sekitar USD 39 miliar dan Inpex sekitar USD 37 miliar. Angka tersebut sudah termasuk 10% milik daerah, sehingga Inpex dan Shell hitungannya bisa terima USD 33,3 miliar. 

Potensi ini masih bisa dioptimalkan dari dampak multiplier seperti industri petrokimia dan potensi investasi USD 5 miliar di daerah tersebut.

Sebagai informasi, jumlah output gas alam di Lapangan Abadi sebesar 10,5 juta ton per tahun, mencakup sekitar 9,5 juta ton gas alam cair/LNG per tahun, dan memasok penyediaan gas untuk lokal melalui jalur pipa. Untuk kondensatnya, mencapai sekitar 35.000 barel kondensat per hari. SKK sendiri menargetkan blok Masela akan mulai produksi pada 2027. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral

Komentar