Menu Close Menu

Sedekah Bumi, TNI dan Polri di Sidorejo Hadir Ditengah Masyarakat

Selasa, 11 Juni 2019 | 20.43 WIB
DHEAN.NEWS TUBAN - Sebagian orang Jawa, khususnya Jawa Timur dan sekitarnya sampai sekarang masih melaksanakan adat kebiasaan yang dinamakan Bersih Desa. Ada pula yang menamakan sedekah bumi.

Tradisi Bersih Desa atau sedekah bumi ini dilaksanakan satu kali dalam setahun, yaitu pada waktu penduduk tani selesai melaksanakan panen padi raya secara serentak. Bersih Desa atau sedekah bumi oleh para penduduk tani dimaksudkan untuk mengungkapkan rasa terima kasih kepada Dewi Sri (Dewi Padi) sebagai penjaga keamanan para tani, sehingga mereka berhasil panen padi yang telah ditanamnya, disamping itu sebagai ungkapan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah mengabulkan panen  hasil tanaman padi tersebut.

Dalam acara sedekah bumi para tani mengadakan beberapa kegiatan: Mengadakan penyimpanan padi secara rapi ke dalam suatu tempat yang aman, yang dinamakan lumbung padi. Lumbung tersebut selain diisi padi hasil panen, juga beberapa perlengkapan sesaji yang ditaruh di atas tumpukan padi di dalam lumbung tersebut. Alat perlengkapan sesaji tersebut antara lain air putih dalam kendi yang terbuat dari tanah, ini mempunyai maksud selain untuk memberikan minuman kepada Dewi Sri pada suatu saat jika berkunjung, juga berarti membersihkan/keweningan agar seseorang berbuat bersih; daun keluwih, mengandung maksud biar petani tersebut setiap panen padi diberi kelebihan (luwih); daun sirih dimaksudkan untuk menyirih jika Dewi Sri berkunjung; dupa atau kemenyan, sebagai perlengkapan sesaji. Dengan sesajian tersebut para petani bermaksud selain menghargai dan menghormati Dewi Sri juga agar Dewi Sri (Dewi Padi) ini dalam menjaga keselamatan para petani terutama dalam pelaksanaan menanam padi, merawat dan memanen padi dapat berhasil dengan baik.
Kegiatan pembersihan. Biasanya dilakukan dengan membersihkan kuburan, halaman, masjid, jalan-jalan atau gang-gang yang jarang dilewati orang. Hal ini dimaksudkan agar keadaan kampung atau desa nampak bersih. Kegiatan pembersihan ini dilakukan secara bersama-sama dengan gotongroyong/kerja bakti.

Mengadakan acara masak-memasak dan saling kunjung mengunjungi. Dalam acara ini dilaksanakan apa yang disebut “Munjung” (pemberian dari yang muda ke yang tua) dan “Weweh” yang (diberikan oleh yang tua kepada yang muda), atau kepada kerabat dan kenalan dekat dengan dasar kasih sayang.

Mengadakan kenduri bersama oleh seluruh warga desa, yang biasanya diadakan bersama-sama di suatu halaman masjid atau halaman/lapangan yang luas tertentu. Para penduduk membawa perlengkapan kenduri masing-masing berupa nasi dan lauk yang ditempatkan pada baskom atau penampan. Selanjutnya diadakan doa bersama yang dipimpin oleh seorang yang disebut “Modin”. Dalam acara ini diadakan pemberian nasi kepada fakir miskin dan para peminta-minta.

Mengadakan hiburan. Ini adalah puncak acara sedekah bumi, biasanya dilaksanakan pada siang dan malam hari, antara lain mengadakan pergelaran wayang kulit, ketoprak dan langen tayub. Semua ini untuk memberikan hiburan pada masyarakat agar para penduduk gembira setelah kerja membanting tulang di sawah. Ini juga sebagai tanda telah menikmati keberhasilan para tani dalam menggarap sawah.

Makna Bersih Desa

Dengan mengamati berbagai kegiatan yang ada pada acara adat Bersih Desa/Majemukan tersebut kiranya dapat kita ambil maknanya: Adanya rasa takwa dan hormat terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Ini dapat dilihat adanya kegiatan doa bersama dalam kenduri yang dilakukan di tempat tradisi dimana masyarakat melakukannya setiap tahun  secara bersama dan juga adanya sesaji yang dimanifestasikan Dewi Sri sebagai dewa penolong terhadap keberhasilan para petani.

Adanya perilaku rasa penghormatan terhadap orang yang lebih tua atau yang lebih dulu ada. Ini memberikan suatu tauladan bahwa yang muda sudah sewajarnya memberi hormat kepada yang lebih tua. Bagaimanapun orang yang lebih tua itu sebagai panutan.

Adanya rasa kebersamaan persatuan, gotong-royong berarti menghilangkan individualisme dan egoistis. Ini dapat kita lihat dalam kegiatan bersih desa atau sedekah bumi.

Menyikapi tradisi tersebut, AIPTU Seger Bhabinkamtibmas Desa Sidorejo, bersama dengan AIPTU Asyik Hendro Bawono, BRIPKA Suwarso, dan Babinsa Desa Sidorejo KOPTU Karyani serta Kepala Desa dan Perangkat Desa Sidorejo hadir ditengah-tengah masyarakat dalam rangka giat bersih desa atau sedekah bumi di Desa Sidorejo, Kec. Kenduruan, Kab. Tuban, Selasa (11/06/2019).

Adat dan budaya jawa yang masih melekat kuat dikalangan masyarakat Kabupaten Tuban khusunya Kecamatan Kenduruan ini adalah acara selamatan dalam acara bersih desa atau sedekah bumi sebagai wujud rasa syukur kepada Sang Pencipta.

sebuah destinasi adat warga setempat yakni berupa selamatan, di sebuah tempat yang diyakini oleh warga masyarakat. Air yang konon tak pernah habis meski musim kemarau ini banyak dimanfaatkan masyarakat sekitar untuk kebutuhan sehari-hari.

Karena fungsinya yang demikian vital dan telah menjadi destinasi yang cukup eksotik, masyarakat sekitar setiap tahunnya mengadakan selamatan yang berada di sekitar lokasi tersebut.

Nah, sebelum selamatan ini digelar. Semua pernak pernik adat Jawa, seperti ayam panggang, jajanan pasar, tumpeng lengkap dengan buah-buahan lokal telah disiapkan di atas tikar. Sementara masyarakat duduk bersila mengelilinginya. Setelah memanjatkan doa, baru kemudian dilanjutkan makan bersama.

Sementara itu, Kapolsek Kenduruan AKP Tamami, S.H, membenarkan bahwa budaya bersih desa atau sedekah bumi dengan mengadakan Selametan tersebut masih dipegang kuat oleh masyarakatnya.
“ Selain bentuk rasa syukur, juga sebagai ajang silaturahmi dan memupuk soliditas masyarakat ”, pungkasnya.

Komentar