Menu Close Menu

Populasi Badak Sumatera kian Terancam, KLHK Ajak Para Pihak Lestarikan Badak Sumatera

Selasa, 25 September 2018 | 19.29 WIB

DHEAN.NEWS JAKARTA - Hari Badak Dunia yang jatuh pada tanggal 22 September tahun ini merupakan momentum mengajak para pihak untuk mendukung program pemerintah dalam pengembangbiakan Badak Sumatera. Hal ini penting karena saat ini tak lebih dari 80 ekor badak Sumatera yang masih bertahan hidup, sehingga spesies ini berada pada titik kritis. Tanpa intervensi, badak Sumatera akan segera punah.

"Penyelamatan badak Sumatera dari kepunahan menjadi prioritas yang sangat penting bagi pemerintah Indonesia," ujar Wiratno, Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem, KLHK.

Pemerintah Indonesia telah bekerja sama dengan sejumlah lembaga konservasi baik lokal maupun international, ahli-ahli konservasi satwa, serta masyarakat setempat untuk mendukung kampanye dan meningkatkan kesadaran pelestarian Badak Sumatera.

"Kami telah mempersiapkan Rencana Aksi Darurat bagi badak Sumatera, Untuk itu, kami membentuk program pengembangbiakan nasional untuk konservasi badak Sumatera," tambah Wiratno.

Kondisi kritis Badak Sumatera terjadi karena puluhan tahun diburu dan kehilangan habitatnya. Ancaman terbesar bagi spesies tersebut adalah jarak yang membuat populasi mereka hidup terpisah-pisah sehingga sulit menemukan pasangan. Banyak badak Sumatera yang berusia subur terancam tidak mampu memiliki keturunan karena kondisinya semakin terkucil. 

Harapan mereka bertahan hidup bergantung pada kemampuan pihak pelestari alam dalam menemukan dan dengan aman memindahkan badak ke sejumlah fasilitas khusus yang dirancang untuk merawat badak Sumatera. 

Melihat kondisi ini lima lembaga konservasi internasional yang terkemuka di dunia mengumumkan kerja sama strategis membantu Pemerintah Indonesia untuk menyelamatkan badak Sumatera yang sangat langka dari kepunahan.

Kelima lembaga konservasi tersebut adalah International Union for Conservation of Nature's Species Survival Commission (IUCN-SSC), Global Wildlife Conservation, International Rhino Foundation, National Geographic Society dan WWF. Lembaga IUCN-SSC bertindak sebagai koordinator.

"Tantangan besar ini tak dapat ditangani dengan sukses oleh satu lembaga saja. Di IUCN Species Survival Commission, kami dengan bangga menghimpun aliansi yang baik dan istimewa tersebut, serta kami meyakini, badak Sumatera akan kembali berkembang," kata Jon Paul Rodríguez, Chair, IUCN Species Survival Commission.

Kerjasama kelima lembaga konservasi international tersebut tercakup dalam Proyek Penyelamatan Badak Sumatera (Sumatran Rhino Rescue Project). Proyek ini akan menjembatani sejumlah kegiatan di tiga bidang penting dalam konservasi dan perawatan spesies Badak Sumatera ,yaitu:
(1). Memperkuat Keahlian (Capacity Building): Mendirikan dua Suaka Badak Sumatera yang baru, satu di Pulau Kalimantan dan di Sumatera bagian utara, serta memperluas kapasitas yang ada saat ini di Taman Nasional Way Kambas.
(2). Pencarian dan Penyelamatan: Menjalankan kegiatan penemuan dan penyelamatan untuk memindahkan badak-badak Sumatera yang terkucil ke beberapa fasilitas pengembangbiakan dan konservasi yang dikelola.
(3). Perawatan dan Perlindungan: Menempatkan badak-badak dalam program konservasi dan pengembangbiakan terpadu dengan memanfaatkan ilmu kedokteran hewan yang mutakhir demi memaksimalkan pertumbuhan populasi. 

Siaran Pers ini membahasakan ulang versi KLHK dari Siaran Pers berjudul :Sejumlah Lembaga Konservasi Internasional Bersatu Demi Menyelamatkan Badak Sumatera" yang sudah diterbitkan oleh National Geographic Society di Washington DC pada tanggal 22  September2018.(*)

Komentar