Menu Close Menu

Kemenko Kemaritiman Gandeng USU Gelar Seminar Nasional Bahas Pelabuhan Kuala Tanjung

Kamis, 20 September 2018 | 18.46 WIB

DHEAN.NEWS MEDAN - Di era pemerintahan Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla, identitas Indonesia sebagai negara maritim kian terbangun. Untuk itu, sejak dilantik pada 2014, Presiden Jokowi telah mendeklarasikan visi dan misinya untuk menjadikan Indonesia sebagai poros maritim dunia, di mana di dalamnya terdapat nilai dan semangat yang kuat mengarungi dua samudera sebagai bangsa bahari yang sejahtera dan berwibawa.

Visi ini dikuatkan dalam dokumen kebijakan kelautan Indonesia, yaitu menjadi sebuah negara maritim yang maju, berdaulat, mandiri, kuat, serta mampu memberikan kontribusi positif bagi keamanan dan perdamaian kawasan dan dunia sesuai dengan kepentingan nasional.

Demikian disampaikan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut B. Pandjaitan yang diwakili oleh Deputi Bidang Koordinasi SDA dan Jasa, Agung Kuswandono pada Seminar Nasional dan Call For Papers dengan tema “Kuala Tanjung Sebagai Multipurpose Port: Mendorong Pertumbuhan Ekonomi Maritim.” yang digelar di Medan, Sumatera Utara pada Rabu (19-09-2018).

Deputi Agung mengatakan, pelabuhan merupakan bagian dari infrastruktur yang memiliki peran penting dalam mewujudkan visi Indonesia menjadi negara poros maritim dunia. Sebab, dengan dilatarbelakangi Sistem Logistik Nasional (SISLOGNAS) yang efektif dan efisien, Indonesia akan mampu mengintegrasikan daratan dan lautan menjadi satu kesatuan yang utuh dan berdaulat. Sehingga diharapkan dapat menjadi penggerak bagi terwujudnya Indonesia sebagai negara poros maritim dunia.

“Sebagai daerah yang kaya potensi dan sumber daya, Sumatera Utara sangat beruntung berada di kawasan Selat Malaka. Salah satu selat yang paling ramai dilayari di dunia,” ungkap Deputi Agung.

Sebut saja Kuala Tanjung, sebuah daerah di kawasan Batubara, Sumatera Utara. Daerah ini dinilai memiliki nilai strategis untuk dikembangkan menjadi sebuah pelabuhan berskala internasional. Saat ini Pelabuhan Kuala Tanjung difokuskan untuk menjadi pelabuhan transshipment serta mendukung Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Sei Mangkei.

“Kuala Tanjung bakal jadi pintu gerbang bagi arus perdagangan Sumatera ke pasar internasional dengan komoditas andalannya Minyak Kelapa Sawit (CPO) dan Karet.  Pelabuhan di Kuala Tanjung  akan dikembangkan menjadi hub-internasional sebagai pintu masuk ke Wilayah Barat Indonesia,” tuturnya.

Menurut Deputi Agung, pada tahun 2039, pemerintah menargetkan volume arus peti kemas di Kuala Tanjung mencapai 12,4 juta Teus yang berasal dari permintaan KEK Sei Mangkei hingga Jambi serta memperoleh tambahan permintaan dari empat pelabuhan kompetitornya  Port of Singapore, Port Tanjung Pelepas, Port Klang dan Pelabuhan Penang. “Dengan pengembangan menjadi hub-internasional, diharapkan Indonesia menikmati demand yang selama ini dinikmati oleh Singapura dan Malaysia,” ujarnya.

Sementara itu, Deputi Agung mengatakan, Pelabuhan Kuala Tanjung juga mendorong fungsi Selat Malaka yang terbuka dan bebas dalam mendukung kelancaran perdagangan internasional juga untuk mendukung penggunaan infrastruktur berkelas dunia.

Pembangunan Pelabuhan Kuala Tanjung sendiri ternyata juga telah merangkul misi Kelautan Indonesia, yaitu mendorong terkelolanya sumber daya kelautan secara optimal dan berkelanjutan, mendorong terbangunanya kualitas sumber daya manusia, ilmu pengetahuan dan teknologi kelautan yang handal.

Selain itu, Pelabuhan Kuala Tanjung juga mendorong terbangunanya pertahanan dan keamanan keluatan yang tangguh, terlaksananya penegakan kedaulatan hukum dan keselamatan di laut, mendorong terlaksananya tata kelola keluatan yang baik. Mendorong terwujudnya kesejahteraan masyarakat pesisir dan pulau-pulau kecil yang merata.

Kemudian mendorong terwujudnya peningkatan pertumbuhan ekonomi dan industri kelautan yang berdaya saing, mendorong terbangunnya infrastruktur keluatan yang andal, mendorong terselsaikanya tentang tata ruang laut, mendorong terlaksananya perlindungan laut, serta terlaksananya diplomasi maritim dan terbentuknya wawasan identitas dan budaya bahari.

Namun demikian, Deputi Agung mengatakan, perjalanan masih panjang. Sebab, perkembangan teknologi dan persaingan yang semakin cepat dan kompetitif harus diantisipasi dan dihadapi dengan penuh strategi dan ilmu.
“Masih banyak yang harus kita semua benahi, karena seluruh aspek masyarakat Indonesia harus berperan aktif dalam memuwujudkan visi dan misi kemaritiman Indonesia, sekecil apapun peran menjadi kumpulan peran yang saling menguatkan satu dengan yang lain, menuju Indonesia negara maritim, adil, dan makmur, Pelabuhan Kuala Tanjung adalah salah satu pintu gerbangnya,” ungkapnya.

Seminar nasional ini merupakan hasil kerja sama antara Kemenko bidang Kemaritiman dengan Universitas Sumatera Utara (USU). Seminar nasional ini diawali dengan kuliah umum oleh Deputi Bidang Koordinasi SDA dan Jasa, Kemenko Kemaritiman, Agung Kuswandono dan dilanjutkan dengan diskusi panel serta pembahasan artikel yang ditulis para akademisi dan praktisi terkait Pengembangan Pelabuhan Kuala Tanjung.

Adapun narasumber yang hadir dalam Seminar Nasional ini, di antaranya adalah Deputi Bidang Koordinasi SDA dan Jasa, Kemenko Kemaritiman, Asisten Deputi III Bidang Jasa Kemaritiman, Kemenko Kemaritiman, Nikolaus Loy UPN “Veteran” Yogyakarta, Direktur Utama PT Pelindo I Bambang Eka Cahya, Guru Besar USU Prof. Sukaria Sinulingga, M. Eng., Dian Indasari, Isdiana Syafitri, dan Hotden Leonardo Nainggolan, serta 400 peserta yang terdiri dari akademisi dan mahasiswa dari sejumlah Universitas di Sumatera Utara.

Komentar