Menu Close Menu

Gelar Pameran Nasional di Mangunan, KLHK Sajikan Karya-Karya Hasil Hutan Kayu

Jumat, 28 September 2018 | 14.06 WIB
DHEAN.NEWS YOGYAKARTA - Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Kamis, 27 September 2018. Hutan adalah pusaka negeri ini yang sekaligus menjadi jati diri bangsa Indonesia. Tanpa hutan, apalah jadinya Indonesia? Kelestarian hutan haruslah dijaga karena tidak hanya menjamin kelangsungan ekologi namun juga menghadirkan manfaat secara ekonomi dan sosial bagi masyarakat. Mengusung tema Hutan Lesari untuk Kemakmuran Rakyat, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan menggelar Festival Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) Tingkat Nasional dan Pameran Usaha Kehutanan (PUSAKA) di Hutan Pinus Mangunan, D.I. Yogyakarta pada tanggal 28-29 September 2018.

Festival KPH Tingkat Nasional dan PUSAKA bertujuan untuk menampilkan produk-produk unggulan KPH berbasis pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan hutan. Selain itu, festival dan pameran tersebut juga akan menampilkan produk-produk kehutanan dan turunannya oleh mitra kehutanan. Diversifikasi hasil hutan mewujudkan multi-bisnis di hutan produksi.

Indonesia masih memiliki hutan-hutan produksi yang potensial sebagai kawasan usaha kehutanan, baik berupa hasil hutan kayu maupun hasil hutan bukan kayu (HHBK). Bahkan HHBK seperti jasa lingkungan dan wisata alam terus berkembang secara inovatif dan adaptif sebagai salah satu penyumbang devisa andalan bagi negara.

Kehadiran KPH sebagai lembaga pengelolaan hutan di tingkat tapak merupakan kebijakan strategis pemerintah dalam upaya membenahi tata kelola hutan Indonesia agar mampu menjawab tantangan produktifitas hutan lestari yang lebih dinamis dan manfaatnya bisa langsung dinikmati oleh masyarakat di dalam dan di sekitar hutan. Model pengusahaan hutan berbasis KPH mampu menyempurnakan tata kelola hutan Indonesia dimana akses pemanfaatan hutan yang diberikan kepada masyarakat dapat terarah dan terukur.

Menteri LHK Siti Nurbaya saat meninjau persiapan festival dan pameran PUSAKA pada hari Kamis (27/09) menyampaikan, “Bapak Presiden Joko Widodo berpesan bahwa hutan itu harus mensejahterakan masyarakat.” Seluruh pihak yang terlibat dalam produksi hutan akan berpartisipasi pada festival dan pameran ini, baik dari instansi pemerintah pusat dan daerah, perguruan tinggi, pelaku usaha, maupun organisasi massa dan masyarakat sebagai pelaku utama pengelolaan hutan. “Masyarakat lah kunci sukses pengelolaan hutan Indonesia yang lestari,” ungkap Menteri LHK.

Festival KPH Tingkat Nasional dan PUSAKA selama dua hari akan menampilkan berbagai teknologi usaha kehutanan seperti: Reduce Impact Logging (RIL), Silvikultur Intensif (SILIN), Sistem Verifikasi Legalitas Kayu (SVLK), Sistem Informasi Pengelolaan Hutan Produksi Lestari (SIPHPL) Online, Sistem Informasi Penatausahaan Hasil Hutan (SIPUHH) Online, Sistem Informasi Spasial dan Dokumentasi (SINPASDOK) KPH, hingga Alat Identifikasi Kayu Otomatis (AIKO) dan Xylarium Bogoriense 1915.

Sementara itu, pameran hasil hutan kayu menunjukkan kehebatan kayu yang tidak bisa tergantikan dengan bahan lainnya meliputi rumah Tomohon, furniture premium, pulp dan kertas, kayu solid, kayu lapis, kayu MDF, parquet, arang bricket hingga wood pellet. Selanjutnya hasil hutan bukan kayu (HHBK) menunjukkan bahwa kekayaan hutan Indonesia dari Sabang sampai Merauke juga meliputi produk kopi dan teh, madu dan gula aren, produk kerajinan seperti rotan, bambu, anyaman, tikar, produk minyak/bioenergy, serta produk pangan seperti jagung, padi,singkong dan sebagainya.

Komentar