Menu Close Menu

Biaya Mahal, Petani di Wondama Enggan Tanam Padi

Selasa, 04 September 2018 | 23.19 WIB

DHEAN.NEWS TELUK WONDAMA - Para petani sawah di Kabupaten Teluk Wondama, Papua Barat belakangan ini mulai enggan menanam padi. Biaya produksi yang cukup tinggi serta tidak stabilnya harga gabah menjadi alasan utama petani kehilangan minat menanam padi.

Menurut Adhar, Kepala Bidang Transmigrasi pada Dinas Transmigrasi dan Tenaga Kerja Kabupaten Teluk Wondama, banyak petani sawah di kawasan pemukiman transmigrasi di Sobei, distrik Teluk Duairi kini beralih menanam palawija terutama sayur-sayuran.

Sebab untuk satu hektar sawah saja para petani di Sobei harus mengeluarkan biaya antara 7 sampai 8 juta rupiah. Kurang lebih separuh dari dana tersebut dipakai untuk belanja pupuk. Pasalnya sampai saat ini di Wondama belum tersedia pupuk subdisi sehingga para petani harus membeli ke Manokwari dengan harga yang cukup tinggi.

“Bayangkan satu sak pupuk 50 Kg petani harus beli 500 ribu. Saya sendiri sebagai petani sawah sebagai warga transmigran di Sobei. Warga mengelola ¾ hektar itu per sekali tanam paling tidak 7-8 juta habis. Sedangkan hasil produksi selama ini tidak seimbang dengan penjualan, “ ungkap Adhar pada saat pemaparan rencana kerja (renja) SKPD di gedung Sasana Karya di Isei, belum lama ini.

Hal lain yang juga menjadi penyebab adalah belum memadainya jaringan irigasi sehingga sebagian besar sawah di Sobei tidak mendapat pasokan air. Akibatnya hasil panen menurun sehingga petani mengalami kerugian.

Di Sobei sebenarnya sejak 2014 telah terbangun jaringan irigasi yang merupakan proyek bantuan dari Pemprov Papua Barat. Namun irigasi tersebut tidak bisa berfungsi optimal. Posisi saluran irigasi lebih rendah dari permukaan sawah sehingga air tidak bisa lancar mengalir ke dalam sawah.

Jaringan irigasi tersebutpun belum dilengkapi saluran sekunder untuk menyalurkan air ke dalam sawah. Alhasil proyek dengan nilai miliaran rupiah itupun terkesan mubazir. “Irigasi yang dibangun dengan dana miliaran juga tidak berfungsi optimal. Kami mohon pupuk subsidi ada karena harga pupuk dan obat-obatan itu paling mahal. Itulah faktornnya yang membuat daya tarik petani untuk menanam padi menurun, “ lanjut Adhar yang juga merupakan warga Sobei.

Ditemui sebelumnya, Asri, salah seorang petani sawah di kampung Sobei Indah membenarkan hal itu. Tidak adanya pupuk subsidi merupakan penyebab utama dia bersama petani lainnya memilih menanam palawija daripada padi. “Sampai sekarang pupuk tidak ada, kita harus beli dari Manokwari dengan harga berlipat jadi petani rugi terus. Kalau pupuknya ada sebenarnya masih banyak yang mau tanam padi, “ ujar Asri.

Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Teluk Wondama mencatat dari 122 hektar sawah baru yang dicetak pada 2016 di Kampung Sobei Indah, hanya sekitar 7 hektar yang telah ditanami padi. (Nday)

Komentar